Seram! Diam-diam Ada ‘Bom Waktu’ Kasus Diabetes Anak di RI

An elderly woman gets her blood tested during a drive to provide medical check-ups for hypertension, cholesterol and diabetes at an integrated services post in Banda Aceh on December 15, 2021. (Photo by CHAIDEER MAHYUDDIN / AFP) (Photo by CHAIDEER MAHYUDDIN/AFP via Getty Images)

Diabetes terbukti tak hanya menyerang orang dewasa, tapi juga bisa menimpa anak-anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) bahkan mencatat, pada tahun ini saja ada lonjakan kasus diabetes pada anak hingga 70 kali lipat dibandingkan tahun 2010.

Ketua IDAI dr. Piprim Yanuarso mengatakan, terdapat dua jenis diabetes yang umumnya diderita oleh anak. Yaitu diabetes tipe 1 dan tipe 2.

Dia mengatakan, ada kenaikan kasus diabetes tipe 2 pada anak-anak dan remaja. Padahal tipe tersebut umumnya terjadi di usia dewasa, yakni 40 tahun ke atas.

“Sekarang yang mengkhawatirkan juga tren diabetes tipe 2 pada remaja. Ini sudah ditarik lebih prematur lagi ke anak-anak. Jadi, anak-anak sekarang sudah banyak yang diabetes tipe 2 yang murni akibat gaya hidup,” ujar Piprim di Kantor Sekretariat Pengurus Besar Dokter Indonesia (IDI), Jakarta, Kamis (2/3/2023).

Menurutnya, sekitar 90 persen kasus diabetes pada anak adalah diabetes tipe 1. Rata-rata usia anak pengidap diabetes tipe 1 adalah lima hingga 16 tahun.

Sementara itu, diabetes tipe 2 lebih banyak dialami oleh remaja.

Lalu apa sebenarnya pemicu meningkatnya kasus diabetes pada anak di Indonesia?

Piprim mengungkapkan, pola makan anak-anak di Indonesia yang gemar mengonsumsi makanan cepat saji (junk food) hingga makanan dan minuman mengandung pemanis high fructose corn syrup (HFCS), seperti minuman bersoda menjadi salah satu faktor utama terjadinya diabetes dan obesitas pada anak.

“Bisa jadi obesitas. Obesitas kemudian bisa jadi diabetes tipe 2. 70 persen anak diabetes itu obesitas, hanya 30 persen anak diabetes tipe 2 yang tidak obesitas,” sebut Piprim.

“Jadi, untuk mengenali bedanya bagaimana sekarang gampang, nih. Biasanya anak-anak yang tipe 1, tuh, kurus-kurus. Nah, anak diabetes tipe 2 itu awalnya gemuk-gemuk dulu,” lanjutnya.

Data Berbeda

Hanya saja, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin sebelumnya mengatakan, masih ada perbedaan data antara IDAI dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) soal kasus diabetes pada anak di Indonesia.

“Angkanya di IDAI dan BPJS berbeda. Jadi IDAI [menyebutkan bahwa diabetes] naik 70 kali untuk anak. [Sementara itu] angkanya BPJS kita cek enggak segitu naiknya, yaitu 2 sampai 3 kali,” papar Menkes dalam rapat kerja dengan Komisi IX DPR RI, Rabu (8/2/2023) lalu.

Menanggapi hal tersebut, Piprim mengatakan, data diabetes anak di Indonesia memang tidak bisa sinkron.

Sebab, data IDAI diperoleh dari laporan para anggota IDAI, yakni dokter spesialis anak yang menangani kasus diabetes anak. Sementara data dari Kementerian Kesehatan maupun BPJS diperoleh dari dokter umum dan fasilitas pelayanan kesehatan.

“Data yang kami kumpulkan itu under estimated, loh, kita mengumpulkan 1.645 anak dengan diabetes, di lapangan jauh lebih besar daripada itu sebetulnya. Itu fenomena gunung es,” pungkas Piprim.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*